Jumat, 31 Agustus 2018

TATA LETAK (LAYOUT) DALAM DESAIN GRAFIS (Prinsip, tips, jenis, elemen, grid, dan proses pembuatan layout)

Agustus 31, 2018 0 Comments
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
-Pendahuluan-
Halo teman-teman pengunjung blog saya, kali ini saya akan memposting tentang layout atau tata letak. Sebelumnya pasti akan bertanya-tanya tentangapasih layout itu sebenarnya. Nah, langsung aja deh lanjut ya!

-Pengertian-
Layout adalah penyusunan dari elemen-elemen desain yang berhubungan kedalam sebuah bidang sehingga membentuk susunan artistik. Hal ini bisa juga disebut manajemen bentuk dan bidang.

-Latar Belakang-
Dalam pembuatan suatu desain, tentulah harus memperhatikan tata letak atau layoutnya supaya yang melihat desain  grafis tersebut mudah menerima informasi yang disampaikan. Serta membuat mata nyaman ketika melihatnya. 

-Maksud dan Tujuan-
Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan.

-Pembahasan-
1)  Prinsip yang berhubungan dengan layout.
1.    Kesederhanaan
Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan daya tangkap rata-rata manusia di dalam menerima informasi. Secara insting manusia menginginkan kesederhanaan dalam menerima informasi. Namun dalam penyederhanaan juga harus memperhatikan segmen kepada siapa informasi itu akan disampaikan.
2.    Kontras
Amat diperlukan guna menarik perhatian, memberi penekanan terhadap elemen atau pesan yang ingin disampaikan. Berikut ini tips yang dapat menarik perhatian terhadap pesan yang akan disampaikan, yaitu menggunakan style bold dan italic pada body teks, memilihkan huruf display yang lebih atraktif, gunakan kontras warna, ada tekstur dalam latar belakang, memperbesar bagian tertentu yang ingin ditonjolkan.
3.    Keseimbangan
Suatu hal yang amat penting dalam penyampaian suatu informasi. Keseimbangan dapat merupakan keseimbangan yang formal, dengan susunan yang simetris. Susunan yang simetris mampu memberi kesan yang formal, seimabang, dapat dipercaya dan mapan. Sebaliknya susunan yang asimetris sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu dinamika, energi serta pesan yang tidak formal.
4.    Keharmonisan
Maksud dari harmoni ialah memiliki keselarasan antara satu elemen dengan elemen grafis yang lain. Harmoni dapat diwujudkan dalam 2 bentuk, yaitu:
a.    Harmoni dari segi bentuk
Harmoni yang dilihat dari bentuk ialah dimana adanya keserasian dalam penempatan elemen grafis. Hal itu dapat dilihat dari segi bentuk dan ukurannya apakah itu kartu nama, stiker, poster dan sebagainya. Pemilihan bentuk huruf juga memiliki peranan yang penting sebagaimana untuk tujuan apa desain itu dibuat.
b.     Harmoni dari segi warna
Warna memiliki pengaruh yang amat besar, karena tiap-tiap warna memiliki sifatnya masing-masing, seperti merah yang memiliki arti berani, biru yang memiliki kesan tenang dan lain sebagainya. Lihat kembali tujuan dari desain yang telah dibuat, karena ketepatan dalam memilih
warna dapat membuat informasi yang didalamnya menjadi lebih efektif.
5.    Stressing
Dalam pengertian bahasanya disebut sebagai sebuah penekanan, memiliki fungsi untuk memberikan titik-titik tertentu yang memperoleh fokus perhatian. Streesing lebih mengarah kepada titik perhatian atau eye catching dalam suatu publikasi. Pada sebuah karya grafis memungkinkan adanya lebih dari satu stressing, namun harus dibedakan mana yang akan dijadikan fokus utama agar tidak mengesankan berebut perhatian yang akhirnya membuat pesan didalamnya menjadi tidak efektif.

2) Tips mengenai layout dalam desain grafis
Berikut beberapa tips yang perlu diperhatikan mengenai layout dalam desain grafis :
1. Konsisten
Penerapan beberapa elemen (bentuk, teks maupun gambar) dalam sebuah layout adalah salah satu rahasia jitu untuk membuat desain tampak profesional. misal, terlalu banyak jenis font akan membuat layout kacau, tidak fokus, dan tidak sedap dipandang mata. Cukup lakukan pengecualian pada bagian-bagian tertentu, seperti ketika ingin memberi ketegasan pada sebuah teks.
2. Pintar Dalam Memilih Font
Font adalah salah satu kunci penting dalam menyampaikan informasi dalam sebuah layout. Setiap font memiliki sifat masing-masing dalam menyampaikan pesan. Pilihlah font yang sesuai tema. Contoh, jika anda ingin membuat sebuah brosur yang berisi informasi tentang produk-produk teknologi, pilihlah font yang elegan, formal, dan terkesan mewah. Jangan menggunakan font grunge atau font dengan bentuk ceria seperti yang biasa terdapat pada poster anak-anak.
3. Prioritas
Dalam setiap layout desain, tentu ada bagian tertentu yang akan jadi prioritas untuk ditonjolkan, seperti judul maupun sub judul misalnya. Dalam hal ini, anda harus mampu memandu pembaca visual ke dalam rentetan pesan yang anda tawarkan dalam desain. Anda pasti sering melihat bagian layout seperti “DISKON 50%” atau “GARANSI SEUMUR HIDUP” yang terlihat menonjol pada sebuah desain poster. Hal ini ditujukan oleh desainer untuk menarik perhatian pembaca. Ketika pembaca (dari jauh) melihat dan tertarik untuk membaca detailnya, maka desainer telah berhasil membimbing pembaca pada tahap itu.
4. Warna
Setiap warna mewakili sifat tertentu yang dapat mempengaruhi pembaca (silakan baca postingan saya mengenai Psikologis warna dalam pemasaran). Berikanlah warna yang sesuai dengan tema. Dan tentukan kapasitas warna desain anda. Jangan takut bermain dengan warna kontras, dalam hal ini, saya sarankan untuk sering bereksperimen untuk menemukan warna yang sesuai.
5. Margin
Perhatikan margin atau batasan pada layout design anda. Berikan sedikit ruang yang cukup sehingga desain terlihat rapi. Sebuah layout design yang bagus akan sekejap menjadi amatir hanya karena kurang memperhatikan margin.
6. Desain Alternatif
Jangan langsung menghapus sebuah desain jika anda merasa kurang puas dengan hasilnya. Cobalah untuk membuat opsi lain, biarkan yang sudah ada. Hal ini akan sangat membantu untuk memperbandingkan dan mencari kesalahan pada setiap bagian layout.
7. Produksi
Pertimbangan terhadap produksi adalah hal yang baik untuk dilakukan. Banyak kasus ditemui dalam bagian produksi ketika desainer tidak mempertimbangkan kemungkinan yang akan terjadi pada produksi, seperti pergeseran warna, margin yang terlalu sempit sehingga akan terpotong ketika proses cutting, dll.
8. Print Test
Biasakanlah untuk melakukan tes print pada desain layout anda. Tes print berguna untuk melihat kesalahan yang sulit ditemukan ketika kita melihat desain pada screen komputer.

3) Jenis-Jenis layout

1. Mondrian

Jenis layout Mondrian mengacu pada bentuk kotak, landscape (horizontal) atau portrait (vertikal). Pada jenis ini, setiap bidang akan sejajar dengan ruang presentasi yang berisi konten informasi atau gambar untuk membentuk komposisi yang konseptual.

2. Circus

jenis layout circus
Layout ini tidak menerapkan desain layout standar, melainkan mengacu pada layout dengan elemen yang tidak teratur (namun menghasilkan desain yang efektif).

3. Multiple

jenis layout multiple
Sesuai dengan namanya, layout multiple dibagi menjadi beberapa bagian atau tema dalam bentuk yang sama seperti persegi panjang, persegi, kubus dan lainnya.

4. Silhouette

jenis layout silhoutte
Layout silhouette (siluet) mengacu pada teknik ilustrasi atau fotografi yang menyoroti bentuk bayangan. Presentasi layout ini dapat berbentuk barisan teks, ilustrasi warna atau pembiasan warna yang halus dengan teknik fotografi.

5. Big-Type

jenis layout big type
Layout jenis big-type menekankan gaya penggunaan font berukuran besar sehingga bisa menarik perhatian audiens. Jenis ini biasa digunakan untuk membuat suatu judul atau desain poster.

6. Alphabet-Inspired

jenis layout alphabet
Photo by : Pinterest
Layout alphabet-inspired  berfokus pada susunan huruf atau angka dalam urutan yang tepat sehingga bisa membuat kata-kata yang memiliki makna. Penggunaan kata-kata ini dimaksudkan untuk menyampaikan cerita atau informasi.
Sementara itu beberapa jenis layout yang digunakan pada desain halaman website adalah:
  • Static
  • Liquid
  • Adaptive
  • Responsive
  • Hybrid

Static

jenis layout static
Halaman layout static (statis) sering disebut sebagai “layout fixed” karena menggunakan ukuran halaman yang sudah ditetapkan dan tidak merubah ukuran lebar browser.
Halaman website tradisional umumnya dibuat dengan model atau jenis ini hingga berkembangnya responsive web design (RWD) pada tahun 2010.

Liquid

jenis layout liquid
Layout liquid dibentuk dengan lebih relatif daripada layout static. Jenis ini akan membuat tampilan website terlihat sama dan baik walaupun dibuka pada browser yang berbeda.
Lebar presentase layout bisa menyesuaikan layar browser pengguna atau pengunjung website.

Adaptive

jenis layout Adaptive
Layout adaptive (adaptif) dibuat pada media CSS untuk mengenali lebar browser kemudian memodifikasi layout sesuai dengan lebarnya. Jenis ini menggunakan unit fixed (tetap) sama seperti layout static. Namun perbedaannya adalah ada beberapa lebar layout yang ditandai dengan beberapa hal teknis tertentu.
Responsive
jenis layout responsive
Layout responsive (responsif) menggabungkan konsep layout liquid dan adaptive. Halaman website dengan layout responsive umumnya disebut dengan layout yang mobile friendly dimana layout dan desain akan menyesuaikan browser dan gadget (mobile) yang digunakan.
Bentuk dan lebar layout seketika akan berubah dan menyesuaikan secara otomatif ketika website diakses dari gadget apa saja.

Hybrid

jenis layout hybrid
Jenis layout ini merupakan yang terpopuler di antara layout lainnya. Layout hybrid merupakan campuran dari berbagai jenis layout berikut dengan konsep masing-masing.
Hal ini berarti, kemampuannya yang felksibel untuk menyesuaikan viewport browser hanya sementara karena mempertahankan website yang membutuhkan strukstur fixed (tetap).
Layout hybrid dianggap sebagai cara yang paling efektif untuk merancang dan mengembangkan layout.
4) Elemen-elemen layout
1. Header
2. Judul / head / heading / headline.
3. Deck/Blurb/Standfirt
4. Initial cap
5. Kotak/Box/Bingkai/Border/Frame
6. Artworks
7. Footer
8. Kicker/eyebrows
9. Callouts
10. Byline/Credit Line/ Writer’s credit
11. Caption
12. Foto
13. Sidebar
14. Point bullets
15. Information/grafhics/infogrhafics
16. Signature/mandatories
17. Nomor halaman/page number
18. Indent
19. Subjudul/subhead/crosshead
20. Pull quotes/liftouts
21. Isi/bodytext/bodycopy/copy/copytext
22. Running head/running headline/running title/running feet/runners

5) Grid pada layout
1.    Grid System
Sebuah grid diciptakan sebagai solusi terhadap permasalahan penataan elemen-elemen visual dalam sebuah ruang. Grid systems digunakan sebagai perangkat untuk mempermudah menciptakan sebuah komposisi visual. Melalui grid system seorang perancang grafis dapat membuat sebuah sistematika guna menjaga konsistensi dalam melakukan repetisi dari sebuah kompisisi yang sudah diciptakan. Tujuan utama dari penggunaan grid systems dalam desain grafis adalah untuk menciptakan suatu rancangan yang komunikatif dan memuaskan secara estetik.
2.    The Golden Section
Di bidang seni grafis, proporsi agung menjadi dasar pembuatan ukuran kertas dan prinsip tersebut dapat digunakan untuk menyusun keseimbangan sebuah desain. Proporsi agung sudah ditemukan sejak jaman kuno untuk menghadirkan proporsi yang sangat sempurna dan indah. Membagi sebuah garis dengan perbandingan mendekati rasio 8 : 13 berarti bahwa jika garis yang lebih panjang dibagi dengan garis yang lebih pendek hasilnya akan sama dengan pembagian panjang garis utuh sebelum dipotong dengan garis yang lebih panjang tadi. Proporsi agung juga dikenal dalam istilah deret bilangan fibonacci yaitu deret bilangan yang setiap bilangannya adalah hasil jumlah dari dua bilangan sebelumnya dan di mulai dari nol. Deret bilangan ini memiliki rasio 8 : 13 yaitu rasio proporsi agung. Bilangan ini sering dipakai dalam pengukuran bangunan, arsitektur, karya seni, huruf hingga layout sebuah halaman karena proporsinya yang harmonis. 0 1 1 2 3 5 8 13 21 34 55 89 144 233 377…
3.    The symetrical grid
Dalam grid simetris, halaman kanan akan berkebalikan persis seperti bayangan cermin dari halaman kiri. Ini memberikan dua margin yang sama baik margin luar maupun margin dalam. Untuk menjaga proporsi, margin luar memiliki bidang yang lebih lebar. Layout klasik yang dipelopori oleh Jan Tschichold (1902-1974) seorang typographer dari Jerman ini didasari ukuran halaman dengan proporsi 2:3.

6) Proses membuat layout
1. KONSEP DESAIN

Bagaimana mendesain layout yang baik? Pertanyaan berikut adalah langkah awal…

Apa tujuan desain tersebut?
–Siapa target audiens nya?
–Apa pesan yang ingin disampaikan?
–Bagaimana cara penyampaiannya?
Dimana, di media apa dan kapan desain itu akan dilihat oleh target audiens?
2. MEDIA DAN SPESIFIKASINYA

Media apa yang paling cocok: Flier, brosur 3 lipatan, spanduk, plasma screen, balon udara, dll
Bahan: Kertas fancy, kertas daur ulang, kain, dll
Ukuran :A4, A3, 160x60cm untuk x-banner, dll
Posisi: A4 tegak (portrait) atau mendatar (landscape)
Kapan, Berapa lama, dan dimana saja karya desain tersebut akan didistribusikan ke target audiens.
3. THUMBNAILS DAN DUMMY

Thumbnails = sketsa layout dalam bentuk mini, tidak dengan menggunakan komputer (sebaiknya).
–Fungsi: memperkirakan letak elemen-elemen layout pada suatu halaman tunggal, juga urutan-urutan pengaturan halaman desain publikasi yang kompleks.

Dummy = contoh jadi suatu desain nantinya (mock-up).
4. PERCETAKAN

Offset: teknik yang paling populer untuk mencetak brosur, buku majalah, tabloid, koran, kalender, dll
Flexografi/ cetak tinggi: mencetak di atas karton gelombang atau label kemasan produk.
Rotogravure: mencetak label berbahan plastik.
Sablon/cetak saring/screen printing: mencetak kaos, mug, kartu nama.
Digital: mencetak dalam waktu singkat dengan kuantitas tidak terlalu besar, seperti banner, poster, dll.
WHY DESIGN FIRST? .. Peran desain atau perwajahan dalam penerbitan pers belakangan tampak lebih dominan. Penampilan visual media cetak kini dituntut lebih atraktif, kreatif, dan persuasif untuk tujuan merebut perhatian pembaca. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dr. Mario R. Garcia dan Pegie Stark tahun 2007, di wilayah-wilayah pengguna bahasa dan tulisan latin, orang membaca dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. KECENDERUNGAN lain adalah membaca dengan sequence Z. Selain itu ada sequence C, L, T, I , dan banyak lagi.

Bagaimana desain layout dikatakan baik?

memiliki kriteria:

mudah dibaca, komunikatif, menarik dan menyenangkan sasaran pembacanya.


KAVER (HALAMAN SAMPUL)

Cover majalah harus dapat mengiklankan dirinya sendiri. Beberapa aspek berikut perlu dipertimbangkan. · Cover harus memiliki ciri khas atau identitas, ia harus tampil beda dari yang lain sehingga pembaca dapat dengan mudah mengenalinya, terutama kalau ia dipajang bersama dengan majalah-majalah lain.
Cover majalah kampus harus punya stopping-power yang kuat untuk merampok perhatian pembaca, untuk menghipnotis calon pembaca.
Secara visual harus berani bersaing ketika dipajang di kios penjualan bersama majalah-majalah lain. Usahakan tampil segar, original dan kreatif. · Ciptakan mood yang sesuai dengan selera pembaca melalui komposisi warna, tipografi, foto, dan aspek visual lainnya. Misal untuk majalah remaja, diperlukan warna-warna yang mencolok, kontras, dengan ilustrasi foto yang trendy dan pemilihan huruf (tipografi) yang dinamis.

ELEMEN-ELEMEN VISUAL PENERBITAN

1. ELEMEN UTAMA

Logo/Logotype atau nama majalah. Gunakan jenis huruf yang impresif, simpel, dan komunikatif.
Pendekatan pertama dalam merancang majalah adalah mengkaji formula atau konsumsi berita dan artikel yang disajikan. Siapa sasaran pembacanya? Apakah ia seperti TEMPO yang memiliki kelompok pembaca dewasa-umum-ilmiah-populer? Atau semacam Kawanku dan Hai yang menjaring pembaca “ABG”? Ataukah sejenis Bobo, Bocil, dan majalah anak-anak lainnya? Setiap majalah seharusnya memiliki sasaran pembaca yang spesifik. Dari sinilah seorang desainer beranjak menentukan nuansa perwajahan majalah (the kind of a look) yang sesuai dengan mood pembacanya.
Nomor penerbitan/edisi dan tanggal-bulan-tahun.
Harga eceran.
2. SAMPUL

Judul-judul naskah yang menarik, biasanya Laporan Utama dan artikel-artikel eksklusif/fenomenal.
Unsur visual, berupa foto, ilustrasi, dan tipografi.
Iklan (misal: BONUS POSTER, BONUS CD, dll.)
senantiasa mengutamakan kaidah komunikasi – NOT just ART!


3. HALAMAN DALAM

Tugas desainer tidak hanya merancang cover. Pekerjaan lain yang tidak kalah pentingnya adalah menggarap layout halaman dalam.
Setelah calon pembeli tertarik pada cover majalah dan kemudian membukanya, tugas desainer berikutnya adalah mengajak atau membimbing calon pembaca untuk menyimak halaman demi halaman hingga timbul keinginan untuk membaca (membeli).
Perlu diingat bahwa pembaca pada saat membuka majalah selalu melihat halaman kiri dan kanan sekaligus, maka dua halaman yang berhadapan harus dirancang sekaligus dalam satu kesatuan. Penempatan elemen visual (foto, teks, garis, dll) di halaman kiri harus seimbang dengan halaman kanan. Untuk menciptakan kemudahan baca (readability) dan kenyamanan baca (legibility), ada dua aspek desain yang perlu diperhitungkan, yaitu tipografi dan fotografi.
4. TYPOGRAFI

Tipografi atau susunan huruf dalam desain layout merupakan elemen paling berperan untuk mewujudkan kenikmatan dan kemudahan baca.

Di komputer tersedia puluhan bahkan ratusan jenis huruf (font). Cara terbaik untuk memilih huruf adalah dengan mempertimbangkan apakah huruf tersebut “mudah dibaca”? Huruf yang terbaik untuk media cetak adalah huruf yang punya nilai keterbacaan tinggi. Jangan sekali-kali berfikir “cari huruf yang artistik biar pembaca tertarik….” Salah besar! Artistik memang perlu, tapi nilai komunikasi lebih diutamakan. Nilai keterbacaan setidaknya dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini. · Jenis huruf (font) · Ukuran huruf (point size) · Lebar setting (line length) · Spasi (baris, huruf, kata) · Bentuk susunan (alignment) · Variasi huruf (style)

5. FOTOGRAFI

Halaman majalah yang hanya dipenuhi teks, tanpa satupun foto, akan tampak seperti lapangan bola.
Boring !!


Setiap naskah atau berita diusahakan ada foto atau ilustrasi.

Secara visual foto memiliki daya tangkap (eye-catching) yang kuat. Lebih dari itu, foto yang memiliki bobot jurnalistik mampu bercerita tentang fakta-fakta yang sulit dijelaskan secara verbal. Pembahasan mengenai fotografi jurnalistik diperbincangkan pada sesi tersendiri. Satu hal perlu diingat, perkembangan fotografi jurnalistik saat ini telah melompat jauh, baik peralatan, teknik, maupun tuntutan kualitasnya. Foto jurnalistik kini dituntut memiliki public-interest yang tinggi, tidak hanya menarik bagi seseorang atau sekelompok tertentu saja. Tugas utama desainer dalam penanganan foto adalah menyusun dan menggabungkannya dengan teks sesuai dengan prinsip-prinsip layout.

Foto-foto yang memiliki public-interest tinggi umumnya punya kelebihan-kelebihan sbb:

Komunikatif, mudah ditangkap, dan informatif
Menyentuh perasaan, sensasional, dramatis, dan tidak biasa (unusual)
Ide baru, original, bukan perulangan yang sudah pernah dilakukan orang
Punya greget dan daya-tangkap (stopping power), menggairahkan, sensual
Benar-benar terjadi, bukan hasil rekayasa (trick)
Memiliki kualitas artistik (grafis) dan kualitas teknik yang memadai
Kiat mendapatkan foto untuk kepentingan jurnalistik antara lain dengan melakukan tindakan berikut.
– Ambillah foto peristiwa secara menyeluruh dari berbagai sudut pandang yang menarik.
– Berikutnya, ambil detail (close-up) beberapa bagian yang khas dari peristiwa atau subjek tersebut, dengan komposisi yang kuat dan menarik.
– Bidiklah peristiwa atau subjek dari berbagai angle: tinggi-rendah, kiri-kanan, jauh-dekat, dsb untuk mendapatkan komposisi yang menarik.
– Gunakan peralatan yang tepat: lensa, film, filter, motor-drive, tripod, flash, dan lain-lain sesuai keadaan.

-Kesimpulan-
Layout dalam desain grafis sangat luas cakupannya. Itu berarti dalam penyusunan elemen-elemennya tidak boleh bermain-main dan harus benar-benar serius agar tidak dicap negatif produk desain grafis tersebut.

-Referensi-

-Penutup-
Sekian dari postingan saya tentang layout ini, apabila terdapat kesalahan atau kekurangan kata saya mohon maaf.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Kamis, 30 Agustus 2018

SEMIOTIKA NEGATIVA | BAGIAN 3

Agustus 30, 2018 0 Comments
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
-Pendahuluan-
Halo teman-teman semua! Berjumpa lagi di blog saya, kali ini saya akan sharing tentang semiotika negativa. Yang mana postingan ini merupakan lanjutan dari 2 postingan sebelumnya yang juga membahas tentang semiotika.

-Pengertian-
Semiotika adalah studi tentang makna keputusan. Ini termasuk studi tentang tanda-tanda dan proses tanda (semiosis), indikasi, penunjukan, kemiripan, analogi, metafora, simbolisme, makna, dan komunikasi.
 
-Latar Belakang-
Sebagai makhluk yang hidup di  dalam masyarakat dan selalu melakukan interaksi dengan masyarakat lainnya tentu membutuhkan suatu alat komunikasi agar bisa saling memahami tentang suatu hal. Yang perlu dipahami salah satunya adalah tanda. Supaya tanda itu bisa dipahami secara benar dan sama membutuhkan konsep yang sama agar  tidak terjadi misunderstanding atau salah pengertian. Ilmu yang membahas tentang tanda disebut semiotik ( the study of signs). Oleh karena itu penting bagi kita untuk memahami Semiotika.

-Maksud dan Tujuan-
Memahami tentang semiotika negativa

-Pembahasan-
Dalam Semiotika Negativa, tanda dipahami bukan sekedar dari apa yang ada (kenyataan), namun tanda dipahami dari benda itu sendiri sekaligus apa yang ada dibalik dari benda itu (after the fact). Dalam semiotika positiva kita sering mengabaikan beberapa hal yang kita anggap sepele. Kita sering memahami suatu tanda semata-mata dari sudut materi benda itu, tetapi apa yang ada di balik benda itu, tidak pernah kita pikirkan. Padahal hal-hal yang ringan (sederhana) itu ternyata memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan kita.

Dalam kehidupan kita memiliki beberapa produk budaya yang sangat penting untuk dipelajari karena bisa menjadi cermin bagi kita sendiri. produk budaya itu adalah bahasa, mitos, foto/gambar, karya sastra, dan wacana. Namun kenyataannya kita masih anggap remeh produk budaya terebut. Dalam semiotika negativa hal-hal yang nampak sepele ini menjadi perhatian utama dalam telaah tanda-tanda. Karena pemahaman terhadap produk-produk budaya ini bisa menjadi solusi atas beberapa persoalan yang dihadapi dalam suatu kelompok masyarakat. Berikut ini penjelasannya supaya lebih jelas.

  • Semiotika, Bahasa dan Karya Sastra
Peranan semiotika dalam mengungkap tanda-tanda dari kebudayaan manusia sangat besar. Semiotika mampu memberikan interpretasi yang sangat penting bagi perkembangan suatu kebudayaan masyarakat. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Saussure menyatakan bahwa “semiology is a science which studies the role of signs as part of social life. Sebagai ilmu yang mepelajari tentang makna tanda, semiotika memiliki cakupan yang sangat luas.

Produk budaya modern yang sangat nyata dan penuh dengan tanda-tanda sosial adalah karya sastra. Karya sastra merupakan cerminan dari masyarakatnya, oleh karena itu karya sastra memiliki makna simbolis yang perlu diungkap dengan model semiotika. Sebagai karya yang bermediakan bahasa, karya sastra memiliki bahasa yang sangat berbeda dengan bahasa yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun karya ilmiah. Bahasa dalam sastra menggunakan gaya bahasa tersendiri.

Bahasa memiliki kekuatan yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Bahasa merupakan pranata sosial yang di dalamnya terkandung sistem nilai. Oleh karena itu bahasa merupakan bagian terbesar dari telaah semiotika. Bahasalah yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lain. Dengan bahasa manusia mampu berkomunikasi dan berintaraksi dengan sesamanya. Bahasa itulah yang telah menjebatani lahirnya berbagai kemajuan yang ada dalam kebudayaan manusia. Disinilah lahir konsep setrukturalisme antropologis yang mempercayai bahasa yang digunakan dalam suatu komunitas menggambarkan kondisi komunitas itu sendiri.

Dalam karya sastra, seorang penulis dianggap memiliki otonomi. Penulis memiliki kebebasan menggunakan gaya bahasa yang dipilih sesuai dengan yang dikehendaki tampa harus mempertimbangkan kehendak dari luar dirinya. Karena kebebasannya inilah maka seorang pengarang mampu memberikan pandangan dan gagasannya secara leluasa tanpa harus merasa khawatir terhadap tatabahasa yang digunakannya. Dengan demikian apa yang dituliskan dalam karya sastra seorang pengarang tentu memiliki harapan dan tujuan yang bersifat pribadi pula.

Keotonomian pengarang dalam mengolah karya sastra, menjadikan muatan yang ada dalam karya sastra menjadi sangat subjektif. Dalam arti apa yang diyakini oleh pengarang akan tercermin dan akan terefleksikan dalam karya sastranya. Termasuk bahasa dan gaya yang digunakan dalam menyampaikan gagasan melalui karyanya. Dengan cara yang demikian, sastra mampu memberikan keterangan terhadap suatu persolan sangat sulit diungkap dengan kata-kata di luar karya sastra. 

  • Bahasa, budaya, dan Ideologi
Seperti yang sudah disebutkan di atas, kebebasan yang dimiliki oleh seorang penulis membawa pada lahirnya suatu pemikiran atau lebih luasnya ideologi. keterkaitan antara bahasa, budaya dan ideologi tidak bisa dipisahkan. Ketiganya akan saling terkait. Bahasa sebagai salah satu media terpenting dalam budaya manusia melahirkan suatu konsep yang dinamakan dengan ideologi. 

Hal itu juga yang tertuang dalam media massa modern yang saat ini sedang mengalami perkembangan sangat pesat. aktivitas membaca sebuah karya merupakan proses untuk menghasilkan sesuatu.Jadi pembaca karya sastra bukan semata-mata untuk sekedar menikmati karya, tetapi dari situlah akan melahirkan pemikiran yang distimuli oleh karya yang sudah dibacanya. 

Dengan demikian membaca bukan mencari struktur, melaikan merestrukturasi. Membaca juga bukan sekedar mengonsumsi tetapi untuk memproduksi tek kembali. Karena perananya yang begitu besar dalam mempengaruhi pembaca, maka tugas penulis bukan sekedar menulis begitu saja. Tetapi seorang penulis atau pengarang meliki tugas untuk melahirkan keinginan yang kuat dari pembaca untuk membaca tulisannya.

  • Sistem tanda dalam semiotika
Tanda dapat ditemukan dalam ekpresi yang terungkap dalam aktivitas manusia. Dari aktivitas komunikasi manusia akan terdapat perbedaan (kejanggalan). Perbedaan dalam suatu proses komunikasi inilah yang disebut tanda. Dengan demikian, suatu sistem tanda dapat menghasilkan makna karena prisip perbedaan (difference). Dengan demikian makna suatu tanda bukanlah terjadi secara alamiah melainkan dihasilkan dari lewat sistem tanda yang dipakai dalam kelompok orang tertentu.

Untuk memudahkan pemahaman kita akan hubungan simbolis mengenai tanda dapat diperhatikan gagasan Saussure mengenai tiga gagasan dalam semiotika. Yaitu; simbolik, paradigmatik dan sintagmatik. Hubungan simbolik adalah hubungan tanda dengan dirinya sendiri (hubungan internal). Hubungan paradigmatik adalah hubungan tanda dengan tanda lain dari satu sistem atau satu kelas. Sedangkan hubungan sintagmatik adalah hubungan tanda dengan tanda lain dari satu struktur. Hubungan paradigmatik dan sintagmatik ini disebut juga hubungan ekternal. Sedangkan hubungan simbolik disebut juga sebagai koordinat simbolik sedangkan dua yang terakhir koordinat klasifikasi atau koordinat taksonomik.  

Makna tanda dalam kehidupan masyarakat sebenarnya sangat signifikan. Tanda-tanda ini bahkan menghiasi segala gerak individu dalam masyarakat. Barthes menyatakan bahwa tanda simbolik memenuhi kebutuhan manusia akan pengalaman metafisis, otentisitas, kemutlakan, dan keabadian. Pribadi yang kaya dengan tanda-tanda simbolik akan merasa solid, dan masyarakat yang disatukan dengan hubungan simbolik memperarat atau menyatukan keanekaragaman. Kesadaran simbolik berguna untuk mengintegrasikan antara yang lahir dan yang batin, tampak dan tidak tampak, permukaan dan dasar.

Pendekatan semiotika bersifat struktural karena semiotika mengasumsikan adanya hirarki sistem tanda. Struktur inilah yang akan menjadi media kita menemukan perbedaan-perbedaan itu. Berbicara mengenai struktur kita tidak bisa lepas dari konsep struktur Levi Strauss mengenai konsep struktur tanda. Struktur tanda yang dimaksud adalah; petama, linguistik struktural bergeser dari kajian gejala linguistik yang disadari ke kajian infrastruktur tak-sadar. Kedua, linguistik struktural tidak memperlakukan terms (istilah) sebagai entitas independen melainkan mengangkatnya sebagai landasan analisis untuk mendapatkan hubungan antar-term. Ketiga, linguistik struktural memasukkan konsep sistem linguistik modern tidak hanya menyatakan bahwa fonem selalu merupakan bagian dari suatu sistem; fonetik menunjukkan sistem fonetik yang konkret dan menunjukkan strukturnya. Dengan demikian linguistik struktural bertujuan menyingkapkan hukum umum, entah dengan induksi atau dengan deduksi logis, yang dapat menunjukan ciri absolutnya.

  • Mitos dan ideologi
Setelah memahami arah penelitian semiotika dan struktur tanda dalam semiotika, pembahasan fokus pada mitos. Mitos berasal dari bahasa Yunani yakni Mutos, yang berarti cerita.Mitos biasanya menunjukan cerita yang belum tentu benar. Dengan kata lain mitos merupakan cerita buatan yang tidak mempunyai kebenaran historis. Meskipun demikian, cerita semacam itu tetap memiliki kekuatan oleh karena itu tetap dibutuhkan oleh manusia. Dengan adanya mitos manusia dapat memahami lingkungan dan dirinya.

Sebagai sistem semiotik, mitos dapat diuraikan ke dalam tiga unsur, yakni; sigifier, signified, dan sign. Atau istilah lain yang digunakan oleh Barthes adalah form, concept, dan signification. Form sejajar dengan signifier, concept dengan signified, dan signification dengan sign. Untuk menghasilkan sistem mitis, sistem semiotik tingkat dua mengambil seluruh sistem tanda tingkat pertama sebagai signifier atau form. Sign diambil oleh sistem tingkat dua menjadi form. Adapun concept diciptakan oleh pembuat atau pengguna mitos. Sign yang diambil untuk dijadikan form diberinama lain, yaitu meaning karena kita mengetahui tanda hanya dari maknanya. Ini berarti satu kaki meaning beradiri di atas tingkat kebahasaan (sebagai sign), satu kaki yang lain di atas tingkat sistem mitis (sebagai form). 

Kekuatan mitos sangat besar dalam masyarakat. Oleh karena itu mitos tidak dapat dilawan secara frontal. Kalau hal ini dilakukan, kita akan menjadi mangsa mitos. Mitos harus dilawan dengan mitos baru. Mitos baru ini dibuat berdasarkan mitos-mitos yang sudah ada. Inilah komunikasi kreatif yang diidealkan Barthes.

  • Foto atau gambar
Pembahasan mengenai mitos sudah membawa kita pada kesadaran akan pentingnya pemahaman makna dari mitos. Media massa seperti gambar juga dapat melahirkan gagasan atau sering disebut mitos. Masyarakat modern tidak bisa dilepaskan dari media ini. Segala aktivitas dan bentuk komunikasi sangat berkaitan erat dengan media ini. Terutama sekali adalah media massa yang identik dengan gambar. Media massa setiap hari akan menampilkan foto atau gambar yang mengandung pesan-pesan tertu. Ada beberapa alasan mengapa 

Barthes membahas persoalan gambar; yang pertama adalah ia ingin mengembangkan sebuah pendekatan struktural untuk membaca foto media. Kedua, Barthes ingin melihat fungsi dan kedudukan gambar dalam pembentukan budaya media Tidak berbeda dengan pembahasan kita akan makna mitos, foto atau gambar juga memiliki fungsi ideologis. Gambar memiliki peran penyampai informasi yang terkadang lebih efektif kepada masyarakat. Itulah kenapa foto atau gambar juga sering dianggap sebagai bagian dari propaganda. 

Alam dunia bisnis gambar sering digabungkan dengan kata-kata. Dalam iklan gambar lebih menekankan pada fungsi memperjelas atau memberikan daya tarik.

-Kesimpulan-
Setelah membaca secara seksama buku Semiotika Negativa, dapat disimpulkan bahwa maksud dari buku ini adalah memberikan kesadaran kepada kita akan pentingya kita memahami produk budaya masyarakat. Mitos, karya sastra, foto, dan wacana selama ini telah mempengaruhi kehidupan kita secara nyata. Produk budaya yang tadinya kita anggap tidak penting ini ternyata memiliki peranan yang luar biasa dalam mengungkap persoalan-persoalan yang terjadi di dalam pergulatan sosial kita.
 
Pemahaman kita akan persoalan di atas juga menyadarkan kita akan peranan bahasa yang cukup besar dalam kehidupan manusia. Bahasa bukan sekedar sebagai media berkomunikasi tetapi juga dalam bahasa itu terdapat aspek-aspek budaya yang dimiliki manusia. Mitos, karya sastra dan wacana yang bermediakan bahasa bisa menjadi media untuk mengungkap nilai-nilai budaya yang ada pada suatu masyarakat. Itulah kenapa kita juga mengenal adanya Struralisme Antropologi yang mempelajari sosio-budaya melalui bahasa. 

-Referensi-

-Penutup-
Sekian dari postingan saya kali ini, terima kasih sudah bersedia membaca dan mengunjungi blog saya, semoga bisa bermanfaat untuk pembaca semua. Jika terdapat kesalahan atau kekurangan kata saya mohon maaf.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Rabu, 29 Agustus 2018

SEMIOTIKA MEDIA | BAGIAN 2

Agustus 29, 2018 0 Comments
Assalamu'alaikum Wr. Wb. 

-Pendahuluan-
Halo teman-teman! Berjumpa lagi di blog saya, kali ini saya akan melanjutkan postingan saya tentang semiotika.

-Pengertian-
Semiotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu semeion yang berarti "tanda" atau seme yang berarti "penafsir tanda" (Cobley dan Jansz, 199:4, dalam Sobur, 2009:16). Tradisi semiotika terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri.

-Latar Belakang-
Sebagai makhluk yang hidup di  dalam masyarakat dan selalu melakukan interaksi dengan masyarakat lainnya tentu membutuhkan suatu alat komunikasi agar bisa saling memahami tentang suatu hal. Yang perlu dipahami salah satunya adalah tanda. Supaya tanda itu bisa dipahami secara benar dan sama membutuhkan konsep yang sama agar  tidak terjadi misunderstanding atau salah pengertian. Ilmu yang membahas tentang tanda disebut semiotik ( the study of signs). Oleh karena itu penting bagi kita untuk memahami Semiotika.

-Maksud dan tujuan-
Memahami konsep dasar tradisi semiotika
Mengetahui tokoh semiotika
Memahami teori semiotika media menurut Jean Baudrillard
Memahami konsep dasar teori semiotika media
Memahami analisis kasus

-Pembahasan-
1. Konsep dasar tradisi semiotika
-Tanda, yaitu stimulus yang menandakan atau menunjukkan beberapa kondisi lain. Contohnya ketika kita melihat asap berarti itu menandakan adanya api.
-Simbol, yaitu menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti, termasuk arti yang sangat khusus. Contohnya burung merpati melambangkan tanda perdamaian.

2. Tokoh Semiotika
-Charles Sanders Peirce,
-Ferdinand de Saussure,
-Louis Hjemslev,
-Roland Barthes,
-Sussane Langer,
-Jacques Derrida,
-Jean Baudrillard, dan sebagainya.

3. Teori Semiotika Media menurut Jean Baudrillard
-Perkenalan-
Jean Baudrillard adalah seorang pakar teori kebudayaan, filsuf, komentator politik, sosiolog dan fotografer asal Perancis. He is new Mc Luhan!! Baudrillard lahir dalam keluarga miskin di Reims pada 20 Juni 1929. Baudrillard tutup usia di usia 77 tahun tanggal 6 Maret 2007 di Paris. (Wikipedia,
2014).
-Asumsi teori-
a) Tanda-tanda memang terpisah dari objek yang mereka tandai dan bahwa media telah menggerakkan proses ini hingga titik dimana tidak ada yang nyata.
b) Media, simulasi, dan apa yang disebut ‘cyberblitz’ telah mengkonstitusi bidang pengalaman baru, tahapan sejarah dan tipe masyarakat yang baru.
c) Media mendominasi kehidupan kita dengan informasi yang membentuk apa yang ktia rasakan sebagai pengalaman yang nyata, tetapi yang juga dihilangkan dari hal-hal yang alami.
d) Budaya komoditas kita yang didorong oleh media merupakan salah satu aspek simulasi tempat kita hidup.

4. Konsep dasar teori semiotika media.
1) Hiperealitas
->Baudrillard menggambarkan dunia ini sebagai Hiperealitas. Sebagai contoh, media mulai tidak lagi menjadi cermin realitas melainkan menjadi realitas atau bahkan lebih real dari realitas (Ritzer 2009 : 678 ).
Hipperealitas adalah efek, keadaan atau pengalaman kebendaan dan atau ruang yan dihasilkan dari proses tersebut ( Piliang, 2003 : 150 ).
->Baudrillard mengungkapkan bahwa apa yang direproduksi dalam dunia hiperealitas tidak saja realiitas yang hilang, tetapi juga dunia tak nyata : fantasi, mimpi, ilusi, halusinasi atau science fiction. Hiperealitas adalah duplikat dari realitas yang didekodifikasikan ( Piliang, 2003 : 152).
->Media, menjadikan manusia tenggelam dalam hipperealitas. Manusia mengalami sesuatu yang melebihi realitas dan semakin lama kehilangan realitas atau kehidupan sebenarnya yang real.
->Hiperealitas juga membuat dunia nyata dan dunia maya menjadi susah
dibedakan, bahkan hiperealitas melebihi dunia nyata tersebut.

2) Budaya Simulasi
->Budaya komoditas dunia kini didorong oleh media dan membuat simulasi di tempat kita hidup. Lingkungan tiruan memberitahu kita apa yang harus dilakukan, karena lingkunganlah yang membentuk selera, pilihan, kesukaan, dan kebutuhan kita.
->Budaya konsumerisme menjadi salah satu budaya yang kuat sekarang ini hampir di setiap negara, termasuk Indonesia. Mengonsumsi menjadi hal yang sangat penting bagi setiap individu walaupun barang yang kita konsumsi itu tidak benar-benar kita inginkan atau kita butuhkan.

3) Nilai tanda & Nilai Simbol
->Baudrillard menyatakan bahwa dalam masyarakat kapitalisme-lanjut (late capitalism), nilai-guna dan nilai-tukar telah dikalahkan oleh sebuah nilai baru, yakni nilai-tanda dan nilai-simbol.
->Nilai-tanda dan nilai-simbol, yang lahir bersamaan dengan semakin meningkatnya taraf ekonomi masyarakat Barat, lebih memandang makna simbolik sebuah objek ketimbang manfaat atau harganya, melainkan berdasarkan prestise dan makna simbolisnya

5. Simpulan Teori
1. Kebudayaan postmodern adalah kebudayaan uang, excremental culture. Uang mendapatkan peran yang sangat penting dalam masyarakat postmodern. Berbeda dengan masa-masa sebelumnya, fungsi dan makna uang dalam budaya postmodern tidaklah sekedar sebagai alat-tukar, melainkan lebih dari itu merupakan simbol, tanda dan motif utama berlangsungnya kebudayaan.
2. Kebudayaan postmodern lebih mengutamakan penanda (signifier) ketimbang petanda (signified), media (medium) ketimbang pesan (message), fiksi (fiction) ketimbang fakta (fact), sistem tanda (system of signs) ketimbang sistem objek (system of objects), serta estetika (aesthetic) ketimbang etika (ethic).
3. Kebudayaan postmodern adalah sebuah dunia simulasi, yakni dunia yang terbangun dengan pengaturan tanda, citra dan fakta melalui produksi maupun reproduksi secara tumpang tindih dan berjalin kelindan.
4. Sebagai konsekuensi logis karakter simulasi, budaya postmodern ditandai dengan sifat hiperrealitas, dimana citra dan fakta bertubrukan dalam satu ruang kesadaran yang sama, dan lebih jauh lagi realitas semu (citra) mengalahkan realitas yang sesungguhnya (fakta).
5. Kebudayaan postmodern ditandai dengan meledaknya budaya massa, budaya ppopuler serta budaya media massa

6. Contoh kasus
Aduh, Orang-Orang Ini Menikah Bukan Dengan Manusia
Senin, 21 Oktober 2013 10:45
Vemale.com - Seorang wartawan dari CNN telah melakukan wawancara secara langsung dan ekslusif
dengan pria yang sedang menjadi bahan pembicaraan publik ini. Tanpa ragu dan malu, pria asal negri
sakura ini menyatakan bahwa dirinya sangat jatuh cinta dengan salah satu karakter wanita dalam game yang sudah ia mainkan sejak bertahun-tahun tersebut. Yup, karakter cantik dan imut yang berada pada game nitendo tersebut ia beri nama Nene. Tak pikir panjang, pria yang nama aslinya masih belum diketahui tersebut pun ingin membuktikan rasa cintanya dengan menikahi Nene. Dalam sebuah gedung, lelaki ini mengundang beberapa temannya untuk hadir dalam acara janji setianya dengan Nene sang karakter wanita dalam game yang ia gemari. Tak tanggung-tanggung, pria ini pun kerap membawa Nene, bahkan hampir setiap saat ke mana pun ia pergi. Sesibuk apapun, Nene akan selalu menjadi pendamping setianya di saat tidur, makan, mandi, bahkan berenang. Nampaknya, kecantikan yang dimiliki oleh Nene telah membuat pria ini sangat tergila-gila padanya yah ladies.

7. Analisis Kasus
• Bila dilihat dari kasus tersebut, lelaki tersebut telah masuk ke dalam hiperealitas yang dibuat oleh media manga Jepang. Lelaki tersebut tenggelam dalam hiperealitas yang dibuatnya. Manga membuat karakter anime yang ‘seakan-akan’ nyata dan memiliki karakter wanita yang sempurna bagi lelaki tersebut sehingga akibat terlalu sering bermain dengan anime tersebut, ia pun menjadi jatuh cinta dan dunia ‘nyata’ bagi lelaki tersebut adalah dunia manga.
• Jepang adalah salah satu negara maju yang memiliki perkembangan teknologi media yang sangat baik. Jepang pun sering mengembangkan game-game yang bentuknya semakin dekat dengan kehidupan nyata. Sehingga bagi mereka yang kecanduan dengan permainan tersebut akan sulit lepas. Karena bagi mereka dunia permainan tersebut adalah dunia yang sesuai dengan keinginan mereka dan lebih membuat mereka senang ketimbang dunia asli

-Kesimpulan-
Media memang berhasil membuat realitas baru yang selal mengedepankan hal-hal yang sempurna yang membuai manusia. Sebagai contoh adalah masalah “kecantikan”. Media begitu apik membuat realitas tentang kecantikan, bahwa kecantikan itu adalah wanita dengan kulitputih, hidung mancung, alis rapih, dan sebagainya, sehingga setiap wanita yang ingin tampil cantik maka ia harus memiliki kulit putih, hidung mancung, dan sebagainya. Hal ini pun terjadi pada diri lelaki tersebut dimana media berhasil menciptakan realitas dimana lelaki tersebut akan mendapatkan perempuan yang diinginkan yang ia tidak dapatkan di dunia nyata yang sesungguhnya. Oleh karena itu media berhasil menciptakan tanda-tanda sebagai realitas yang baru yang lebih baik dari realitas yang sesungguhnya.

-Penutup-
Sekian dari postingan blog saya hari ini, apabila ada salah kata saya mohon maaf,

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Selasa, 28 Agustus 2018

SEMIOTIKA | BAGIAN 1

Agustus 28, 2018 0 Comments

Assalamu'alaikum Wr. Wb.



A. Pendahuluan
Halo teman-teman pembaca semua! Di postingan saya kali ini, saya akan memposting tentang Semiotika. Tetapi, saya membagi-bagi postingan saya yang membahas
semiotika menjadi 3 bagian, yaitu semiotika, semiotika media, dan semiotika negativa. Selamat membaca blog saya ya teman-teman!

B. Pengertian
Semiotika atau ilmu ketandaan (juga disebut studi semiotik dan dalam tradisi Saussurean disebut semiologi) adalah studi tentang makna keputusan. Ini termasuk
studi tentang tanda-tanda dan proses tanda (semiosis), indikasi, penunjukan, kemiripan, analogi, metafora, simbolisme, makna, dan komunikasi. https://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika

C. Maksud dan Tujuan
Memahami pengertian dari semiotika
Memahami pengertian semiotika dari para ahli
Mengetahui macam-macam semiotika
Mengetahui tipe-tipe tanda
Mengetahui sitem dari semiotika
Mengetahui hudungan semiotika dengan Teknologi Pendidikan

D. Latar Belakang
Sebagai makhluk yang hidup di  dalam masyarakat dan selalu melakukan interaksi dengan masyarakat lainnya tentu membutuhkan suatu alat komunikasi agar bisa
saling memahami tentang suatu hal. Yang perlu dipahami salah satunya adalah tanda. Supaya tanda itu bisa dipahami secara benar dan sama membutuhkan konsep yang
sama agar  tidak terjadi misunderstanding atau salah pengertian. Ilmu yang membahas tentang tanda disebut semiotik ( the study of signs). Oleh karena itu
penting bagi kita untuk memahami Semiotika.

E. Pembahasan
1. Pengertian Semiotika Menurut Para Ahli
a)C.S Peirce
Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant. Tanda adalah
sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu
sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang
muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek.Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda
atau sesuatu yang dirujuk tanda. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna
tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna
muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi. Contoh: Saat seorang wanita mengenakan jilbab, maka wanita itu sedang
mengomunikasikan mengenai dirinya kepada orang lain yang bisa jadi memaknainya sebagai simbol kemuslimahan.

b)Ferdinand De Saussure
Teori Semiotik ini dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure (1857-1913). Dalam teori ini semiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier)
dan pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai bentuk/wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedang pertanda dilihat sebagai makna yang
terungkap melalui konsep, fungsi dan/atau nilai-nlai yang terkandung didalam karya arsitektur. Eksistensi semiotika Saussure adalah relasi antara penanda dan
petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan signifikasi. Semiotika signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda dalam sebuah
sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu.Kesepakatan sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut. Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan
tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent”. Hampir serupa dengan
Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan object untuk signifier, bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan menyebutkannya
sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Contoh: ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada mengumpat maka hal tersebut merupakan
tanda kesialan (signified). Begitulah, menurut Saussure, “Signifier dan signified merupakan kesatuan, tak dapat dipisahkan, seperti dua sisi dari sehelai
kertas”.

c)Roland Barthes
Teori ini dikemukakan oleh Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat
denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung,
dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak
langsung, dan tidak pasti (Yusita Kusumarini,2006). Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat
dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada
orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural
penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of
signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah
titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure. Barthes juga melihat aspek lain
dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem
sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda
yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos. Misalnya: Pohon beringin yang rindang
dan lebat menimbulkan konotasi “keramat” karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi “keramat” ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang
melekat pada simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat
kedua. Pada tahap ini, “pohon beringin yang keramat” akhirnya dianggap sebagai sebuah Mitos. Secara ringkas teori dari Barthes ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Dalam menelaah tanda, kita dapat membedakannya dalam dua tahap.Pada tahap pertama, tanda dapt dilihat latar belakangnya pada (1) penanda dan (2) petandanya.
Tahap ini lebih melihat tanda secara denotatif. Tahap denotasi ini baru menelaah tanda secara bahasa. Dari pemahaman bahasa ini, kita dapat masuk ke tahap
kedua, yakni menelaah tanda secara konotatif. Pada tahap ini konteks budaya, misalnya, sudah ikut berperan dalam penelaahan tersebut.Dalam contoh di atas,
pada tahap I, tanda berupa BUNGA MAWAR ini baru dimaknai secara denotatif, yaitu penandanya berwujud dua kuntum mawar pada satu tangkai. Jika dilihat
konteksnya, bunga mawar itu memberi petanda mereka akan mekar bersamaan di tangkai tersebut. Jika tanda pada tahap I ini dijadikan pijakan untuk masuk ke
tahap II, maka secara konotatif dapat diberi makna bahwa bunga mawar yang akan mekar itu merupakan hasrat cinta yang abadi. Bukankah dalam budaya kita, bunga
adalah lambang cinta?Atas dasar ini, kita dapat sampai pada tanda (sign) yang lebih dalam maknanya, bahwa hasrat cimta itu abadi seperti bunga yang tetap
bermekaran di segala masa. Makna denotatif dan konotatif ini jika digabung akan membawa kita pada sebuah mitos, bahwa kekuatan cinta itu abadi dan mampu
mengatasi segalanya.

2. Macam-Macam Semiotika
a)Semiotik Analitik
Semiotik analitik adalah semiotik yang menganalisis sistem tanda.
b)Semiotik Deskriptif
Semiotik deskriptif adalah semiotk yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang
disaksikan sekarang.
c)Semiotik Faunal (Zoo semiotic)
Semiotik Faunal adalah semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan.misalnya aungan srigala menandakan adanya serigala di tempat
aungan terdengar.
d)Semiotik Kultural
Semiotik kultural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu.
e)Semiotik Naratif
Semiotik Naratif adalah semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (Folkkore)
f)Semiotik Natural
Semiotik natural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Misalnya cuaca yang mendung menandakan akan terjadinya hujan.
g)Semiotik Normatif
Semiotik normatif adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang di buat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu lintas.
h)Semiotik Sosial
Semiotik sosial adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berupa lambang.
i)Semiotik Struktural
Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.

3. Tipe-Tipe Tanda
a) Ikon
Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya. Didalam ikon hubungan antara penanda dan petanda nya memiliki kesamaan
dalam beberapa kualitas. Suatu peta atau lukisan bisa dikatakan sebagai ikon karena memiliki kemiripan rupa dengan objeknya. Contoh lain adalah rambu-rambu
lalu lintas seperti “awas, banyak anak-anak!” ,”rambu2 lampu lalu-lintas” semua itu memiliki kemiripan visual atau bisa juga disebut ”meniru” dengan objeknya.
b) Indeks
Merupakan tanda yang memiliki keterikatan eksistensi terhadap petandanya atau objeknya atausesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan
penandanya. Di dalam indeks, hubungan antara penanda dengan petandanya bersifat nyata dan aktual. Misalnya bau kentut pertanda ada orang yang baru saja kentut
di tempat itu, tanda panah menunjukkan kanan dibawahnya bertuliskan “SOLO 20 KM” adalah indeks bahwa ke kanan 20 kilometer lagi adalah kota Solo, begitu juga
dengan tombol-tombol atau link dalam situs web merupakan indeks untuk menuju halaman web yang dimaksud.
c) Simbol
Merupakan tanda yang bersifat konvensional. Tanda-tanda linguistik umumnya merupakan simbol. Jadi simbol adalah suatu tanda yang sudah ada aturan atau
kesepakatan yang dipatuhi bersama, simbol ini tidak bersifat global, karena setiap daerah memiliki simbol-simbol tersendiri seperti adat istiadat daerah yang
satu belum tentu sama dengan adat-istiadat daerah yang lainnya. Simbol palang putih dengan latar belakang merah sudah disepakati secara internasional bahwa
tanda itu berarti “stop” atau larangan masuk.

4. Sistem Semiotika
Sistem semiotika dibedakan dalam tiga komponen sistem.
1) Semiotik Pragmatik (semiotic pragmatic)
Semiotik Pragmatik menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan tanda oleh yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang menginterpretasikan, dalam batas perilaku subyek. Dalam arsitektur, semiotik prakmatik merupakan tinjauan tentang pengaruh arsitektur (sebagai sistem tanda) terhadap manusia dalam menggunakan bangunan.Semiotik Prakmatik Arsitektur berpengaruh terhadap indera manusia dan perasaan pribadi (kesinambungan, posisi tubuh, otot dan persendian). Hasil karya arsitektur akan dimaknai sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatnya, hasil persepsi tersebut kemudian dapat mempengaruhi pengamat sebagai pemakai dalam menggunakan hasil karya arsitektur. Dengan kata lain, hasil karya arsitektur merupakan wujud yang dapat mempengaruhi pemakainya.
2) Semiotik Sintaktik (semiotic syntactic)
Semiotik Sintaktik menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan ‘makna’nya ataupun hubungannya terhadap perilaku subyek. Semiotik Sintaktik ini mengabaikan pengaruh akibat bagi subyek yang menginterpretasikan.Dalam arsitektur, semiotik sintaktik merupakan tinjauan tentang perwujudan arsitektur sebagai paduan dan kombinasi dari berbagai sistem tanda. Hasil karya arsitektur akan dapat diuraikan secara komposisional dan ke dalam bagian-bagiannya, hubungan antar bagian dalam keseluruhan akan dapat diuraikan secara jelas.
3) Semiotik Semantik (semiotic semantic)
Semiotik Sematik menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan ‘arti’ yang disampaikan.Dalam arsitektur semiotik semantik merupakan tinjauan tentang sistem tanda yang dapat sesuai dengan arti yang disampaikan.Hasil karya arsitektur merupakan perwujudan makna yang ingin disampaikan oleh perancangnya yang disampaikan melalui ekspresi wujudnya. Wujud tersebut akan dimaknai kembali sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatnya. Perwujudan makna suatu rancangan dapat dikatakan berhasil jika makna atau ‘arti’ yang ingin disampaikan oleh perancang melalui rancangannya dapat dipahami dan diterima secara tepat oleh pengamatnya, jika ekspresi yang ingin disampaikan perancangnya sama dengan persepsi pengamatnya.

5. Hubungan Semiotika Dengan Teknologi Pendidikan
Salah satu tujuan Teknologi Pendidikan  yaitu memecahkan masalah pendidikan melalui media pembelajaran, salah satu contohnya adalah DVD pembelajaran.
DVD umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk bebagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam DVD adalah gambar dan suara, kata yang diucapkan (ditambah suara-suara lain yang serentak mengiringi gambar-gambar). Sistem semiotika yang lebih penting lagi dalam DVD adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.
https://ndahindah.wordpress.com/2012/05/17/semiotika-makna-dalam-komunikasi/

F. Kesimpulan
Secara umum semiotika adalah ilmu yang membahas tentang tanda ( the study of signs).

Tokoh dalam Semiotika antara lain yaitu C.S Pierce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant. Ferdinand De Saussure membagi semiotika menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Roland Barthes dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi.

Macam-macam Semiotika ada 9 yaitu Semiotik Analitik, Semiotik Deskriptif, Semiotik Faunal (Zoo semiotic), Semiotik Kultural, Semiotik Natural, Semiotik Normatif, Semiotik Sosial, dan Semiotik Struktural.

Tipe-tipe tanda antara lain Ikon (sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya), Indeks (sesuatu yang melaksanakan funsi sebagai penanda yang mengisyaratkan penandanya), dan Simbol (Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim di gunakan dalam masayarakat)

Sistem Semiotika ada 3 yaitu Semiotik Pragmatik (menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan tanda oleh yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang menginterpretasikan, dalam batas perilaku subyek), Semiotik Sintaktik (menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan ‘makna’nya ataupun hubungannya terhadap perilaku subyek), dan Semiotik Sematik (menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan ‘arti’ yang disampaikan).

Hubungan Semiotika Dengan Teknologi Pendidikan yaitu memecahkan masalah pendidikan melalui media pembelajaran, salah satu contohnya adalah DVD pembelajaran.

G. Kesimpulan
Sekian dari postingan blog saya kali ini, insya allah besok saya akan memposting tentang semiotika media. Terima kasih atas perhatiannya, Wassalamu'alaikum Wr. Wb.


Senin, 27 Agustus 2018

PERKENALAN BOOKLET | APA SIH ITU BOOKLET?

Agustus 27, 2018 0 Comments

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Hai pembaca semua, bertemu lagi di blog saya, kali ini, saya akan memposting tentang booklet atau versi indonesianya itu sih, buklet. Pastinya teman-teman bertanya-tanya, apasih itu booklet? Simak penjelasan berikut ini ya.

A. Pendahuluan
Booklet adalah media komunikasi massa yang bertujuan untuk menyampaikan pesan yang bersifat promosi, anjuran, larangan-larangan kepada khalayak massa dan berbentuk cetakan. 
Menurut Effendy Sholeh dalam buku periklanan di era masa kini, booklet adalah suatu sarana periklanan yang mampu menarik banyak konsumen produktif, karena booklet bisa mencakup tidak hanya produk saja, tetapi dapat mencakup berbagai jenis-jenis produk yang bisa membuat konsumen melakukan perbandingan dalam hal marketing,
Jika ditinjau dari sisi produksi, booklet adalah sebuah media massa cetak yang bertujuan untuk menyebarkan informasi.

B. Tujuan
Agar masyarakat yang  sebagai objek memahami dan menuruti pesan yang terkandung dalam media komunikasi massa tersebut.

C. Hasil yang diharapkan
Memahami tnetang buklet.

D. Pembahasan

1. Unsur-Unsur Booklet
-Sejarah Perusahaan
-Struktur Organisasi Perusahaan
-Fasilitas atau produk yang dimiliki perusahaan
-Layanan suatu perusahaan
-Visi dan misi perusahaan 

2. Keunggulan Booklet
-Biaya yang dikeluarkan lebih murah jika dibandingkan dengan media audio/visual/audio visual
-proses booklet agar sampai kepad objek/masyarakat bisa dilakukan sewaktu-waktu
-proses penyampaian juga bisa disesuaikan dengan kondisi yang ada, lebih terperinci dan jelas, karena bisa lebih banyak mengulas tentang pesan yang disampaikan

3. Kelemahan Booklet
-booklet tidak bisa menyebar ke seluruh masyarakat karena disebabkan keterbatasan
-tidak langsungnya proses penyampaiannya, sehingga umpan balik dari obyek kepada penyampai pesan tidak secara langsung (tertunda)
-memerlukan banyak tenaga dalam penyebarannya

4. Manfaat Booklet Promosi Offline
4.a. Untuk Perusahaan
-Harga terjangkau  = pembuatan booklet promosi offline tidak terlalu mahal di percetakan sehingga perusahaan tidak perlu mengeluarkan uang yang terlalu banyak untuk melakukan promosi offline. Harga uang terjangkau membuat perusahaan cetak booklet sebanyak mungkin dan siap untuk prospek konsumen.
-Desain menarik = desain booklet promosi offline sangat menarik, terbaru, dan berwarna. Desain adalah jurus yang paling terbaik untuk menarik perhatian konsumen. Mereka akan mulai tertarik membacanya hingga akhirnya membeli produk anda.
-Penjelasan mudah dipahami oleh masyarakat = kata yang digunakan pada booklet tidak berbelit-belit dan sangat sederhana. Masyarakat dengan cepat akan memahami isi dari booklet.
4.b. Untuk Konsumen
-Membentuk keyakinan = kelengkapan isi serta informasi yang sangat detail membuat persepsi konsumen positif, Mereka yakin dengan produk yang ditawarkan perusahaan atau jasa. Akhirnya mereka akan percaya bahwa produk dan perusahaan tersebut bagus.
-Promosi ke teman = memberikan booklet kepada satu konsumen bisa menggaet konsumen lainnya. Konsumen tersebut akan membaca booklet dengan teman serta orang terdekat lainnya. Pada saat kebingungan memilih produk, maka bisa berkonsultasi ke teman.
-TIdak bosan saat membacanya = konsumen sendiri merasa tertarik untuk membaca booklet sampai selesai. Bahasa serta adanya gambar yang sangat bagus membuat konsumen lebih mudah mengerti. 

 5. Fungsi Booklet
-Secara umum hampir sama dengan katalog produk. Sama-sama mendisplay atau menampilkan hampir semua produk yang dihasilkan sebuah perusahaan lengkap dengan keterangan/spesifikasi, dan mungkin harganya.
-Fungsi Internal = sebagai sumber informasi dan rujukan produk knowledge perusahaan. Hal ini penting agar setiap orang dalam jajaran perusahaan memiliki acuan baku dalam memahami profil perusahaan serta produk yang ditawarkan.
-Fungsi Eksternal = bersifat sebagai ujung tombak dalam kegiatan marketing. Booklet adalah alat untuk menyapa dan menjangkau calon konsumen sehingga muncul ketertarikan untuk menggunakan produk perusahaan kita

E. Kesimpulan
Booklet merupakan suatu produk cetak yang berguna untuk perusahaan. Dengan segala kelebihan yang ia miliki, booklet bisa menjadi pilihan yang tepat sebagai produk promosi perusahaan anda.
F. Referensi