Assalamu'alaikum Wr. Wb.
-Pendahuluan-
Halo teman-teman semua! Berjumpa lagi di blog saya, kali ini saya akan sharing tentang semiotika negativa. Yang mana postingan ini merupakan lanjutan dari 2 postingan sebelumnya yang juga membahas tentang semiotika.
-Pengertian-
Semiotika adalah studi tentang makna keputusan. Ini termasuk studi tentang
tanda-tanda dan proses tanda (semiosis), indikasi, penunjukan,
kemiripan, analogi, metafora, simbolisme, makna, dan komunikasi.
-Latar Belakang-
Sebagai makhluk yang hidup di dalam masyarakat dan selalu melakukan
interaksi dengan masyarakat lainnya tentu membutuhkan suatu alat
komunikasi agar bisa saling memahami tentang suatu hal. Yang perlu dipahami salah satunya
adalah tanda. Supaya tanda itu bisa dipahami secara benar dan sama
membutuhkan konsep yang sama agar tidak terjadi misunderstanding atau salah pengertian. Ilmu
yang membahas tentang tanda disebut semiotik ( the study of signs). Oleh
karena itu penting bagi kita untuk memahami Semiotika.
-Maksud dan Tujuan-
Memahami tentang semiotika negativa
-Pembahasan-
Dalam Semiotika Negativa, tanda dipahami bukan sekedar dari apa yang ada
(kenyataan), namun tanda dipahami dari benda itu sendiri sekaligus apa
yang ada dibalik dari benda itu (after the fact). Dalam semiotika
positiva kita sering mengabaikan beberapa hal yang kita anggap sepele.
Kita sering memahami suatu tanda semata-mata dari sudut materi benda
itu, tetapi apa yang ada di balik benda itu, tidak pernah kita pikirkan.
Padahal hal-hal yang ringan (sederhana) itu ternyata memiliki peranan
yang cukup besar dalam kehidupan kita.
Dalam kehidupan kita memiliki beberapa produk budaya yang sangat penting
untuk dipelajari karena bisa menjadi cermin bagi kita sendiri. produk
budaya itu adalah bahasa, mitos, foto/gambar, karya sastra, dan wacana.
Namun kenyataannya kita masih anggap remeh produk budaya terebut. Dalam
semiotika negativa hal-hal yang nampak sepele ini menjadi perhatian
utama dalam telaah tanda-tanda. Karena pemahaman terhadap produk-produk
budaya ini bisa menjadi solusi atas beberapa persoalan yang dihadapi
dalam suatu kelompok masyarakat. Berikut ini penjelasannya supaya lebih jelas.
- Semiotika, Bahasa dan Karya Sastra
Peranan semiotika dalam mengungkap
tanda-tanda dari kebudayaan manusia sangat besar. Semiotika mampu
memberikan interpretasi yang sangat penting bagi perkembangan suatu
kebudayaan masyarakat. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang
tanda. Saussure menyatakan bahwa “semiology is a science which studies
the role of signs as part of social life. Sebagai ilmu yang mepelajari
tentang makna tanda, semiotika memiliki cakupan yang sangat luas.
Produk budaya modern yang sangat nyata dan penuh dengan tanda-tanda
sosial adalah karya sastra. Karya sastra merupakan cerminan dari
masyarakatnya, oleh karena itu karya sastra memiliki makna simbolis yang
perlu diungkap dengan model semiotika. Sebagai karya yang bermediakan
bahasa, karya sastra memiliki bahasa yang sangat berbeda dengan bahasa
yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun karya ilmiah.
Bahasa dalam sastra menggunakan gaya bahasa tersendiri.
Bahasa memiliki kekuatan yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Bahasa
merupakan pranata sosial yang di dalamnya terkandung sistem nilai. Oleh
karena itu bahasa merupakan bagian terbesar dari telaah semiotika.
Bahasalah yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lain. Dengan
bahasa manusia mampu berkomunikasi dan berintaraksi dengan sesamanya.
Bahasa itulah yang telah menjebatani lahirnya berbagai kemajuan yang ada
dalam kebudayaan manusia. Disinilah lahir konsep setrukturalisme
antropologis yang mempercayai bahasa yang digunakan dalam suatu
komunitas menggambarkan kondisi komunitas itu sendiri.
Dalam karya sastra, seorang penulis dianggap memiliki otonomi. Penulis memiliki kebebasan menggunakan gaya bahasa yang dipilih sesuai dengan yang dikehendaki tampa harus mempertimbangkan kehendak dari luar dirinya. Karena kebebasannya inilah maka seorang pengarang mampu memberikan pandangan dan gagasannya secara leluasa tanpa harus merasa khawatir terhadap tatabahasa yang digunakannya. Dengan demikian apa yang dituliskan dalam karya sastra seorang pengarang tentu memiliki harapan dan tujuan yang bersifat pribadi pula.
Keotonomian pengarang dalam
mengolah karya sastra, menjadikan muatan yang ada dalam karya sastra
menjadi sangat subjektif. Dalam arti apa yang diyakini oleh pengarang
akan tercermin dan akan terefleksikan dalam karya sastranya. Termasuk
bahasa dan gaya yang digunakan dalam menyampaikan gagasan melalui
karyanya. Dengan cara yang demikian, sastra mampu memberikan keterangan
terhadap suatu persolan sangat sulit diungkap dengan kata-kata di luar
karya sastra.
- Bahasa, budaya, dan Ideologi
Seperti yang sudah disebutkan di atas,
kebebasan yang dimiliki oleh seorang penulis membawa pada lahirnya suatu
pemikiran atau lebih luasnya ideologi. keterkaitan antara bahasa,
budaya dan ideologi tidak bisa dipisahkan. Ketiganya akan saling
terkait. Bahasa sebagai salah satu media terpenting dalam budaya manusia
melahirkan suatu konsep yang dinamakan dengan ideologi.
Hal itu juga
yang tertuang dalam media massa modern yang saat ini sedang mengalami
perkembangan sangat pesat. aktivitas membaca sebuah karya merupakan proses untuk menghasilkan sesuatu.Jadi
pembaca karya sastra bukan semata-mata untuk sekedar menikmati karya,
tetapi dari situlah akan melahirkan pemikiran yang distimuli oleh karya
yang sudah dibacanya.
Dengan demikian membaca bukan mencari struktur,
melaikan merestrukturasi. Membaca juga bukan sekedar mengonsumsi tetapi
untuk memproduksi tek kembali. Karena perananya yang begitu besar dalam
mempengaruhi pembaca, maka tugas penulis bukan sekedar menulis begitu
saja. Tetapi seorang penulis atau pengarang meliki tugas untuk
melahirkan keinginan yang kuat dari pembaca untuk membaca tulisannya.
- Sistem tanda dalam semiotika
Tanda dapat ditemukan dalam ekpresi yang
terungkap dalam aktivitas manusia. Dari aktivitas komunikasi manusia
akan terdapat perbedaan (kejanggalan). Perbedaan dalam suatu proses
komunikasi inilah yang disebut tanda. Dengan demikian, suatu sistem
tanda dapat menghasilkan makna karena prisip perbedaan (difference).
Dengan demikian makna suatu tanda bukanlah terjadi secara alamiah
melainkan dihasilkan dari lewat sistem tanda yang dipakai dalam kelompok
orang tertentu.
Untuk memudahkan pemahaman kita akan hubungan simbolis mengenai tanda
dapat diperhatikan gagasan Saussure mengenai tiga gagasan dalam
semiotika. Yaitu; simbolik, paradigmatik dan sintagmatik. Hubungan
simbolik adalah hubungan tanda dengan dirinya sendiri (hubungan
internal). Hubungan paradigmatik adalah hubungan tanda dengan tanda lain
dari satu sistem atau satu kelas. Sedangkan hubungan sintagmatik adalah
hubungan tanda dengan tanda lain dari satu struktur. Hubungan
paradigmatik dan sintagmatik ini disebut juga hubungan ekternal.
Sedangkan hubungan simbolik disebut juga sebagai koordinat simbolik
sedangkan dua yang terakhir koordinat klasifikasi atau koordinat
taksonomik.
Makna tanda dalam kehidupan masyarakat sebenarnya sangat signifikan.
Tanda-tanda ini bahkan menghiasi segala gerak individu dalam masyarakat.
Barthes menyatakan bahwa tanda simbolik memenuhi kebutuhan manusia akan
pengalaman metafisis, otentisitas, kemutlakan, dan keabadian. Pribadi
yang kaya dengan tanda-tanda simbolik akan merasa solid, dan masyarakat
yang disatukan dengan hubungan simbolik memperarat atau menyatukan
keanekaragaman. Kesadaran simbolik berguna untuk mengintegrasikan antara
yang lahir dan yang batin, tampak dan tidak tampak, permukaan dan
dasar.
Pendekatan semiotika bersifat struktural karena semiotika mengasumsikan
adanya hirarki sistem tanda. Struktur inilah yang akan menjadi media
kita menemukan perbedaan-perbedaan itu. Berbicara mengenai struktur kita
tidak bisa lepas dari konsep struktur Levi Strauss mengenai konsep
struktur tanda. Struktur tanda yang dimaksud adalah; petama, linguistik
struktural bergeser dari kajian gejala linguistik yang disadari ke
kajian infrastruktur tak-sadar. Kedua, linguistik struktural tidak
memperlakukan terms (istilah) sebagai entitas independen melainkan
mengangkatnya sebagai landasan analisis untuk mendapatkan hubungan
antar-term. Ketiga, linguistik struktural memasukkan konsep sistem
linguistik modern tidak hanya menyatakan bahwa fonem selalu merupakan
bagian dari suatu sistem; fonetik menunjukkan sistem fonetik yang
konkret dan menunjukkan strukturnya. Dengan demikian linguistik
struktural bertujuan menyingkapkan hukum umum, entah dengan induksi atau
dengan deduksi logis, yang dapat menunjukan ciri absolutnya.
- Mitos dan ideologi
Setelah memahami arah penelitian semiotika dan
struktur tanda dalam semiotika, pembahasan fokus pada mitos. Mitos
berasal dari bahasa Yunani yakni Mutos, yang berarti cerita.Mitos
biasanya menunjukan cerita yang belum tentu benar. Dengan kata lain
mitos merupakan cerita buatan yang tidak mempunyai kebenaran historis.
Meskipun demikian, cerita semacam itu tetap memiliki kekuatan oleh
karena itu tetap dibutuhkan oleh manusia. Dengan adanya mitos manusia
dapat memahami lingkungan dan dirinya.
Sebagai sistem semiotik, mitos
dapat diuraikan ke dalam tiga unsur, yakni; sigifier, signified, dan
sign. Atau istilah lain yang digunakan oleh Barthes adalah form,
concept, dan signification. Form sejajar dengan signifier, concept
dengan signified, dan signification dengan sign. Untuk menghasilkan
sistem mitis, sistem semiotik tingkat dua mengambil seluruh sistem tanda
tingkat pertama sebagai signifier atau form. Sign diambil oleh sistem
tingkat dua menjadi form. Adapun concept diciptakan oleh pembuat atau
pengguna mitos. Sign yang diambil untuk dijadikan form diberinama lain,
yaitu meaning karena kita mengetahui tanda hanya dari maknanya. Ini
berarti satu kaki meaning beradiri di atas tingkat kebahasaan (sebagai
sign), satu kaki yang lain di atas tingkat sistem mitis (sebagai form).
Kekuatan mitos sangat besar dalam masyarakat. Oleh karena itu mitos
tidak dapat dilawan secara frontal. Kalau hal ini dilakukan, kita akan
menjadi mangsa mitos. Mitos harus dilawan dengan mitos baru. Mitos baru
ini dibuat berdasarkan mitos-mitos yang sudah ada. Inilah komunikasi
kreatif yang diidealkan Barthes.
- Foto atau gambar
Pembahasan mengenai mitos sudah membawa kita pada
kesadaran akan pentingnya pemahaman makna dari mitos. Media massa
seperti gambar juga dapat melahirkan gagasan atau sering disebut mitos.
Masyarakat modern tidak bisa dilepaskan dari media ini. Segala aktivitas
dan bentuk komunikasi sangat berkaitan erat dengan media ini. Terutama
sekali adalah media massa yang identik dengan gambar. Media massa setiap
hari akan menampilkan foto atau gambar yang mengandung pesan-pesan
tertu. Ada beberapa alasan mengapa
Barthes membahas persoalan gambar;
yang pertama adalah ia ingin mengembangkan sebuah pendekatan struktural
untuk membaca foto media. Kedua, Barthes ingin melihat fungsi dan
kedudukan gambar dalam pembentukan budaya media Tidak berbeda dengan
pembahasan kita akan makna mitos, foto atau gambar juga memiliki fungsi
ideologis. Gambar memiliki peran penyampai informasi yang terkadang
lebih efektif kepada masyarakat. Itulah kenapa foto atau gambar juga
sering dianggap sebagai bagian dari propaganda.
Alam dunia bisnis gambar sering digabungkan dengan kata-kata. Dalam
iklan gambar lebih menekankan pada fungsi memperjelas atau memberikan
daya tarik.
-Kesimpulan-
Setelah membaca secara seksama buku Semiotika Negativa, dapat
disimpulkan bahwa maksud dari buku ini adalah memberikan kesadaran
kepada kita akan pentingya kita memahami produk budaya masyarakat.
Mitos, karya sastra, foto, dan wacana selama ini telah mempengaruhi
kehidupan kita secara nyata. Produk budaya yang tadinya kita anggap
tidak penting ini ternyata memiliki peranan yang luar biasa dalam
mengungkap persoalan-persoalan yang terjadi di dalam pergulatan sosial
kita.
Pemahaman kita akan persoalan di atas juga menyadarkan kita
akan peranan bahasa yang cukup besar dalam kehidupan manusia. Bahasa
bukan sekedar sebagai media berkomunikasi tetapi juga dalam bahasa itu
terdapat aspek-aspek budaya yang dimiliki manusia. Mitos, karya sastra
dan wacana yang bermediakan bahasa bisa menjadi media untuk mengungkap
nilai-nilai budaya yang ada pada suatu masyarakat. Itulah kenapa kita
juga mengenal adanya Struralisme Antropologi yang mempelajari
sosio-budaya melalui bahasa.
-Referensi-
-Penutup-
Sekian dari postingan saya kali ini, terima kasih sudah bersedia membaca dan mengunjungi blog saya, semoga bisa bermanfaat untuk pembaca semua. Jika terdapat kesalahan atau kekurangan kata saya mohon maaf.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar